Senin, 12 Desember 2016

Pemeriksaan urin rutin




Pemeriksaan urin rutin

Pemeriksaan urin rutin meliputi: jumlah urin, makroskopis (warna dan kejernihan), berat jenis, protein, glukosa serta pemeriksaan sedimen.
1. Jumlah urin
Jumlah urin dapat diukur dengan urin 24 jam, urin 12 jam, timed specimen pada pemeriksaan tertentu serta urin sewaktu. Jumlah urin berkaitan dengan faal ginjal, keseimbangan cairan tubuh serta penafsiran hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif urin.
2. Warna urin
Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus. Ada beberapa macam hasil yaitu: tak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat, kuning bercampur hijau, putih susu dll. Perubahan warna urin disebabkan oleh: obat-obatan, darah, mikroorganisme, zat warna normal maupun abnormal, pus, protein dll. Beberapa contoh penyebab perubahan warna urin antara lain:
Warna
Kemungkinan Penyebab
Kuning muda sampai dengan kuning
normal
Tak berwarna
Sangat encer
Kuning sangat tua
Sangat pekat; bilirubinuria
Merah sampai merah kecoklatan
hematuria, hemoglobinuria, myoglobinuria
Coklat kemerahan sampai coklat
myoglobinuria,hemoglobinuria,methemoglobin
Hijau
bilirubinuria
3. Kejernihan urin
Kejernihan dapat diperiksa dengan cara yang sama dengan pemeriksaan warna urin. Ada beberapa macam hasil yaitu: jernih (normal), agak keruh, keruh dan sangat keruh. Kekeruhan urin disebabkan oleh bakteri, sedimen, lemak, dll.
4. Berat jenis urin
Berat jenis urin diukur dengan bantuan alat urinometer. Jika volume urin kecil, maka dapat digunakan refraktometer. Berat jenis urin normal adalah 1016-1022. Berat jenis berhubungan dengan diuresis. Semakin besar diuresis, makin rendah berat jenisnya. Berat jenis berkaitan dengan pekatnya urin (faal pemekat ginjal). Glukosuria akan meningkatkan berat jenis urin.
5. Bau urin
Bau urin dari semula (bukan bau akibat dibiarkan tanpa pengawet) memiliki makna. Bau normal disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau abnormal dapat disebabkan oleh
a. Makanan mengandung atsiri (jengkol, petai, durian dll.)
b. Obat-obatan (mentol, terpentin dll.)
c. Amoniak (perombakan ureum menjadi amoniak oleh bakteri)
d. Ketonuria (bau aseton)
e. Bau busuk (perombakan protein)
6. Derajat keasaman urin
Pemeriksaan ini penting pada kasus gangguan keimbangan asam-basa. Penyebab berubahnya keasaman urin antara lain mikroorganisme. pH dapat ditentukan dengan kertas lakmus, kertas nitrazin, reagent strip serta campuran indikator (lebih cepat dan tepat).
 7. Protein
Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin).
Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara Esbach.
Pemeriksaan proteinuria
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan adanya protein dengan cara pemanasan dengan asam asetat:
a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh
b. Pegang ujung bawah tabung, panasi lapisan atas urin sampai mendidih selama 30 detik
c. Bandingkan kekeruhan lapisan atas dengan lapisan bawah urin. Jika keruh mungkin disebabkan oleh protein
d. Tetesi urin dengan asam asetat 6% (3-5 tetes). Jika tetap keruh maka tes protein positif. Jika kekeruhan hilang, penyebab kekeruhan pertama adalah kalsium fosfat atau kalsium karbonat
e. Panasi sekali lagi sampai mendidih, lalu tentukan hasilnya:
- Tak ada kekeruhan : -
- Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir : + (protein 0,01-0,05%)
- Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%)
- Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%)
- Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal: ++++(> 0,5%)
8. Glukosa
Glukosuria ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.
Hasil pemeriksaan reduksi untuk urin
Langkah-langkah pemeriksaan reduksi dengan menggunakan reagen Benedict adalah:
a. Masukkan 5 cc Reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
b. Masukkan 5-8 tetes urin ke dalam tabung
c. Masukkan tabung ke dalam air mendidih selama 5 menit.
d. Angkat tabung, kocok, lalu baca hasilnya sebagai berikut:
- - : biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
- + : hijau kekuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
- ++ : kuning keruh (1-1,5% glukosa)
- +++ : jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
- ++++ : merah keruh (> 3,5% glukosa)
Pemeriksaan glukosuria dengan menggunakan carik celup
9. Benda keton
Benda-benda keton (aseton, aseto asetat dan beta hidroksi butirat) di dalam urin diperiksa dengan menggunakan urin segar karena aseton mudah menguap. Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara Rothera, cara Gerhardt atau menggunakan carik celup. Cara pemeriksaan menurut Gerhardt melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Masukkan 5 cc urin ke dalam tabung reaksi, lalu tetesi dengan feriklorida 10% sambil dikocok
b. Jika terbentuknya presipitat putih ferifosfat berhenti, saringlah cairan tersebut
c. Berikan beberapa tetes feriklorida lagi, perhatikan warna merah coklat (benda keton +)
Pemeriksaan ketonuria dengan menggunakan carik celup
10. Bilirubin
Dalam kondisi patologis terdapat bilirubin di dalam urin. Jika urin dibiarkan sebagaian kecil bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin. Tes untuk bilirubin menggunakan cara percobaan busa, Harrison serta dengan carik celup. Cara Harrison melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Masukkan 5 cc urin yang telah dikocok ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 cc Barium klorida 10%, lalu campur dan saringlah
c. Ketas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan ditaruh mendatar di atas corong. Biarkan sampai agak kering.
d. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat di atas kertas saring
e. Warna hijau menandakan adanya bilirubin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar